Pages

15 December 2011

Kemakmuran dan Kesenjangan di Dunia: Telaah Ekonomi Politik

Kemakmuran dalam hal ini diartikan sebagai rendahnya jumlah kemiskinan di suatu negara, sedangkan sistem pasar adalah segala macam interaksi yang melibatkan aktivitas keuangan. Untuk membuat negara itu makmur, apakah kendali itu dipegang pemerintah atau pasar ditentukan dari tipologi negara itu. Karena teori-teori yang muncul pasti berawal dari keadaan. Artinya jika negara tersebut merupakan negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi yang tinggi, maka tidak baik menerapkan sistem pasar bebas karena akan terjadi eksploitasi pihak yang kuat ke pihak yang lemah. Dan apabila negara tersebut merupakan negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi rendah, maka pasar bebas baik untuk dilakukan, karena bisa melakukan persaingan secara fair dan seimbang dalam pasar. Yang menjadi masalah adalah kian sedikitnya negara dengan tingkat kesenjangan ekonominya rendah.

Menurut Joseph Stiglitz, mantan wakil presiden bank dunia (1997-2000) dan peraih nobel ekonomi 2001, ideologi pasar adalah seratus persen mencari profit tanpa ada pertimbangan apapun juga, pasar tidak mempunyai nurani. Jika pasar dibiarkan terus tanpa kendali dari pemerintah akan dapat menyebabkan pengeksploitasian besar-besaran dan hanya menguntungkan beberapa pihak yang kebetulan memenangkan persaingan itu. Keadaan pasar dalam hal ini adaah anarki atau tanpa pengendali lagi di atasnya, sehingga pasar menjadi sangat liar. Jadi diperlukan adanya penguasaan oleh pemerintah dalam hal badan usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, penentuan upah minimum, penentuan suku buga kredit bank, dan upah minimun rata-rata. Jika hal-hal yang menjadi hajat hidup orang banyak ini telah dikuasai swasta, maka akan menimbulkan ekonomi yang tidak sehat yang merugikan rakyat. Misalnya di negara berkembang seperti Indonesia, dengan perundangundangannya yang lemah bagi korporat besar, semakin mudah untuk mendapatkan izin membangun mall dan pusat-pusat perbelanjaan akan membuat pedagang-pedagang kecil gulung tikar karena kalah bersaing secara ekonomi. Seperti mengadu petinju kelas berat dan petinju kelas terbang jelas disamping tidak fair juga tidak mempunyai prospek karena sistem itu sendiri menjadi tidak alami dan berakhir dengan kegagalan. Stiglitz juga menunjukkan bahwa ekonomi pasar yang dibiarkan tanpa kontrol tidak pernah menghasilakn efisiensi karena adanya informasi asimetris dari pelaku pasar. Tangan yang tidak terlihat (invisible hand) yang mengatur pasar sejatinya memang tidak pernah ada. Yang ada bahwa pelaku pasar yang menguasai informasi akan meneguk keuntungan atas kerugian mereka yang miskin informasi. Sebagai ekonom, stiglitz juga berbicara tentang petingnya keadilan sosial yang tidak boleh dilupakan. Keadilan sosial dalam arti luas, persamaan kesempatan, pemberdayaan rakyat, penciptaan kesempatan, serta supervisi pemerintah terhadap pasar, karena market has no memory and no mercy (stiglitz:2002).

Dalam skope yang lebih besar, intervensi negara dalam perdagangan internasional juga diperlukan. Intinya negara atau pemerintah harus melindungi rayatnya. Adanya monopoli dari korporat-korporat besar juga mengakibatkan kesenjangan ekonomi antar negara. Menurut Noam Chomsky, yang diinginkan korporat-korporat tetaplah keuntungan sebesar-besarnya. Konsep pasar dalam jangkauan internasional mencakup upah buruh yang direndahkan untuk menekan laju inflasi, privatisasi badan usaha milik dan memasukkannya ke dalam pasar global, menghapus tarif dan kuota agar barang bisa bergerak bebas menerobos batas negara, dan membuka seluruh bidang ekonomi bagi kepemilikan asing. Untuk melindungi pertanian mereka, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis selalu memberikan subsidi milyaran dolar sehingga pasar produk pertanian mereka tidak mungkin tertembus oleh produk pertanian negara-negara berkembang. Sementara negara-negara berkembang ditekan agar membuka pasar mereka tanpa batas. Negara-negara berembang menjadi saluran uang panas (hot money) yang masuk, yang pada gilirannya mengangkat kejayaan real estate untuk sementara waktu. Namun begtu sentimen pasar investasi berubah karena adanya perubahan sosial tertentu, uang yang masuk segera ditarik kembali. Menurut M. Amien Rais dalam buku Selamatkan Indonesia, kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin makin menganga lebar. Di akhir dasawarsa 1990an, 20% penduduk dunia yang kebetulan hidup di negara maju menikmati 86% penghasilan dunia. Sedangkan 20% paling bawah hanya mendapat 1% dari penghasilan dunia, sekitar 1,3milyar pendudu dunia berpenghasilan kurang dari 1 dolar सेहरी.

Menurut Robert Fatton Jr dalam jurnalnya Globalization, Poverty, and Terror , fakta berikut dapat menggambarkan kesenjangan ekonomi antar negara yang sudah keterlaluan. Perbaikan pendidikan dasar untuk semua di negara-negara berkembang memerlukan dana $6 milyar setahun, jumlah yang terlalu sedikit dibandingkan dengan $8 milyar yang dihabiskan untuk membeli kosmetik di AS saja. Instalasi air dan sanitasi di negara berkembang memerlukan $9 milyar, sedangkan konsumsi es krim mencapai $11 milyar di Eropa. Pemeliharaan kesehatan dasar dan nutrisi memerlukan $13milyar di negara berkembang, sementara $17 milyar dihabisan untuk membeli makanan hewan piaraan di eropa dan amerika serikat. Masalahnya jika hewan di negara-negara maju mendapatkan perlakuan lebih dari sebagian besar umat manusia, pasti ada yang salah bahkan sangat salah dengan distribusi kekayaan di dunia ini. (Robert Fatton Jr:2001)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah persebaran uang di dunia ini sangat tidak seimbang. Di satu sisi kita melihat banyak sekali orang yang hidup dalam kesusahan, tinggal di tempat kumuh dan tidak layak, makan dengan tidak layak. Namun, beberapa meter dari tempat itu, ada orang-orang yang menghambur-hamburkan uangnya, hidup berlebihan, dan bertolak belakang dengan kehidupan di sekitarnya. Kapitalisme di negeri dunia ketiga akan membawa pada kesenjangan. Sistem trickle down effect yang diungkapkan sudah usang. Hal yang sangat tidak masuk akal adalah pemerintah Indonesia tetap menganut paradigm ini, padahal sudah jelas, para founding fathers kita menanam sistem yang menjamin kesejahteraan, kemandirian bangsa ini. Sudah sebaiknya, bangsa ini kembali kepada cita-cita awalnya, keluar dari penindasan, dimulai dari penindasan secara ekonomi, lalu kepada hal-hal oenting lainnya.

Referensi:

Perkins, John. Confession of an Economic Hit Man, London: Penguin books ltd.

Rais, M.Amien. 2008. Selamatkan Indonesia, Yogyakarta:PSSK

Stiglitz, Joseph E. 2005. Globalization and Its Discontents, New York: W.W. Norton &Company

0 comments:

Post a Comment

Kasih comment plis....

Powered By Blogger