Pages

14 December 2011

Desain Organisasional Korporasi Global

Ketika suatu perusahaan ingin memperluas operasinya ke luar negeri, biasanya akan membentuk pemisahan-pemisahan dalam struktur global yang berdasar pada produk, fungsi, kelas konsumen, wilayah, proses, cabang nasional dan internasional atau domestik (Wild et all, 2008: 390). Terdapat keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan struktur global, seperti mereka akan lebih siap untuk membangun strategi kompetitif untuk menghadapi persaingan global, menurunkan biaya produksi dengan standarisasi produk dan rasionalisasi manufaktur, serta memperbanyak transfer teknologi dan alokasi sumber daya.
Beberapa macam korporasi global, yaitu: pertama, korporasi global produk yang membagi divisi berbasis produk dimana tiap divisi bertanggungjawab mengontrol aspek produksi maupun pemasaran. Peran manajemen di sini adalah membentuk kelompok spesialis dalam divisi internasional yang bertugas memberikan saran kepada divisi produk meski tidak memiliki otoritas karena posisinya yang sejajar, sementara otoritas langsung dipegang oleh CEO . Kedua, koorporasi global berdasarkan wilayah dimana struktur organisasi dipisah menurut wilayah. Tiap divisi dipimpin oleh manajer wilayah yang memiliki kewajiban untuk memberikan laporan berkala pada CEO (Wild, 2008: 391). Perusahaan dituntut untuk memiliki pengetahuan akan kebudayaan lokal serta menyesuaikannya dengan pasar lokal. Ketiga, koorporasi berdasarkan fungsinya, terdiri dari beberapa firma yang bertanggung jawab pada level atas atau pemimpin perusahaan contohnya divisi administrasi, finansial atau marketing.
Namun ada pula bentuk penggabungan dari faktor-faktor diatas seperti organisasi hibrid yaitu struktur organisasi yang mengandung percampuran lebih dari satu dimensi pada level teratas dan kemungkinan tidak akan berada pada posisi terbawah. Percampuran dimensi dihasilkan dari penjualan perusahaan yang cukup besar dengan pelanggan yang homogen, organisasi matriks merupakan struktur organisasi yang dibuat oleh satu atau lebih struktur organisasi atas dalam sebuah percobaan manajemen untuk menghubungkan produk, wilayah, fungsi, dan keahlian lainnya ketika terdapat pengawasan terhadap kekuasan. Sekilas organisasi matriks memberikan keuntungan bagi perusahaan, namun di sisi lain terdapat beberapa kekurangan di antaranya adanya kebutuhan akan dua atau tiga manajer yang mengharuskan mereka menyetujui satu keputusan yang sama sehingga kompromi menjadi kurang optimal, respon yang lambat, dan kekuatan politik di mana perhatian lebih ditujukan untuk prosese dibandingkan untuk menyelesaikan masalah (Wild, 2008: 394). Unit strategi bisnis, merupakan konsep yang menyebutkan bahwa elektrik umumnya dikredit dengan organisasi, bentuk organisasi di mana divisi produk didefinisikan melalui perbedaan, bisnis yang mandiri.
Kompetisi global antar perusahaan membuat konsumen cenderung untuk memilih barang-barang custom-made dibandingkan produk yang diproduksi secara missal. Majunya teknologi mempengaruhi tren dari struktur organisasi yang berkembang, sehingga lebih mengarah pada usaha-usaha untuk memungkinkan perusahaan bereaksi lebih cepat, mengurangi biaya produksi maupun meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan. Bentuk organisasi yang dibentuk dalam rangka memenuhi target tersebut adalah korporasi virtual dan korporasi horizontal. Dalam korporasi virtual suatu jaringan mengatur aktivitas ekonomi dalam rangka menyebarkan nilai tertentu kepada pelanggan dengan menggunakan sumber daya lain yang berada di luar batas-batas tradisional dalam perusahaan tersebut (Wild, 2008: 395). Korporasi virtual membutuhkan pihak ketiga dalam menjalankan bisnisnya. Keuntungannya tingginya fleksibilitas, serta kemampuan adaptasi dan reaksi yang cepat. Kekurangannya terletak pada sistem kontrol manajerial yang menjadi lemah, pegawai merasa tidak aman karena tidak ada jaminan kontrak kerja dan gaji yang besar. Sedangkan korporasi horizontal merupakan bentuk organisasi dimana proses pengambilan keputusannya bersifat menyamping dan bilateral serta memiliki dasar filosofis bisnis yang kuat, model ini sering ditemukan pada perusahaan besar dengan orientasi tekonologi contohnya industri elektronik. Tujuan dari diciptakannya hubungan horizontal (antiorganisasi) dalam suatu perusahaan salah satunya adalah untuk mempererat hubungan di level tengah sehingga mengembangkan potensi karyawan dan mendorong munculnya inovasi akan produk baru.
Kontrol yang dijalankan perusahaan berupa evaluasi keefektifan perusahaan, koreksi hal-hal tertentu, dan pemberikan insentif pada eksekutif yang mempunyai performa memuaskan. Kontrol perusahaan dapat berbentuk subsidiary maksudnya kepemilikan cabang secara penuh ataupun afiiasi sehingga suatu perusahaan dapat dikontrol oleh perusahaan lain salah satu jalannya melalui kepemilikan saham akan perusahaan tersebut (Wild, 2008: 398). Pengambilan keputusan ini dapat dilakukan baik dalam level perusahaan pusat maupun anak perusahaan atau bahkan kerja sama diantara keduanya. Ada beberapa variabel yang menentukan perihal proses pengambilan keputusan ini yaitu ketersediaan produk dan peralatan, kompetensi manajemen cabang dan kepercayaan pusat padanya, ukuran dan lama perusahaan pusat, kerugian yang disebabkan cabang dan keuntungan perusahaan dari cabang, atau bahkan kegagalan cabang (Wild, 2008: 399). Kontrol atas perusahaan juga dapat berbentuk pemberian laporan secara berkala dengan akurat, seperti laporan finansial yang berisikan keuntungan atau kerugian perusahaan, laporan teknologi yang menyangkut inventaris teknologi yang berkembang, laporan pasar yang berisi aktivitas kompetitor dan kemungkinan dibukanya pasar baru atau laporan politik ekonomi yang sangat penting karena berkaitan dengan situasi negara tersebut dan pengaruhnya terhadap target pasar perusahaan.
Simpulan dan Opini
Perubahan bentuk organisasional korporasi merupakan bentuk yang wajar karena mengikuti bagaimana tuntutan pasar. Namun hal ini harus diwaspadai karena pemilihan bentuk apakah yang tepat memerlukan analisis yang tajam. Inovasi, kejelian, dan kerjasama sesuai fungsinya di semua sector akan membuat bisnis berjalan sangat baik. Penggunaan outsourcing akan membuat kontrol organisasi terhadap perusahaannya semakin lemah. Untuk mengatasi hal itu perusahaan pusat harus ikut serta dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan cabang-cabangnya.

Referensi:
Wild, John J., Wild, Kenneth L & Han, Jerry C. Y. 2008. Organizational Design and Control dalam International Business: the Challenge of Globalization. New Jersey: Pearson prentice hall

1 comments:

Bola Turki said...

Keren dan sangat membantu nih :D

Post a Comment

Kasih comment plis....

Powered By Blogger