Pages

31 October 2012

South East Asia Trip: Menyeberang Perbatasan Thailand-Laos


Tiket itu saya beli di stasiun kereta Hua Lamphong, Bangkok, sehari sebelumnya. Hanya perlu menaiki MRT ke terminal Hua Lamphong, selama 15 menit. Dan ternyata pintu keluar 3 terminal MRT Hua Lamphong itu sudah merupakan wilayah stasiun kereta Hua Lamphong. Sudah, tidak usah cemburu. Transportasi di Bangkok tidak perlu dibandingkan dengan Jakarta atau Surabaya. Sama seperti membandingkan langit dan bumi.
Stasiun Hua Lamphong

Saya membeli kereta ekonomi kelas 2 dengan tujuan Nongkhai, karena sudah terbiasa dengan perjalanan jauh, sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk menaiki kereta sleeper yang biasanya dinaiki pelancong bule. Mengingatkan saya akan perjalanan beberapa tahun lalu, naik kereta api dari Bandung ke Blitar sendirian. Kereta dari Bangkok ke Nongkhai ini seharga 253 Bath atau sekitar Rp 80rb.

Dengan tergesa saya berlari ke stasiun, berharap kereta itu masih menunggu saya. Maklum, siang harinya tergiur ajakan Fany (teman sekamar) untuk berkeliling lagi melihat Grand Palace dan Wat Pho. Saya juga harus memikirkan dimana tempat untuk menitipkan barang-barang formal bekas acara APMUN 2012 sebelum berangkat berpetualang kali ini.
Akhirnya saya sampai di stasiun Hua Lampong. Dan kereta itu masih menunggu saya hingga ganti saya yang harus menunggu kereta itu berangkat. Karena keberangkatannya terlambat 30 menit dari jadwal semula. Perlahan kereta itu meninggalkan Bangkok. Oh Bangkok yang ramai. Bangkok yang membuatku patah hati.
gerbong kereta Bangkok-Nongkhai
Ternyata gerbong ini sepi sekali. Karena banyak backpacker atau wisatawan asing lebih memilih untuk menaiki gerbong belakang, gerbong sleeper yang ketika dinaiki sudah langsung dapat digunakan untuk berbaring. Hanya terlihat seorang pria western berusia akhir 40an di kursi belakang saya. Pagi itu matahari terbit dengan begitu mengesankan, hingga saya tak sanggup untuk memotret dan membaginya dengan orang lain. Hanya mengikuti alur. Perlahan kereta Bangkok-Nongkhai memasuki pinggiran Thailand. Bapak-bapak berwajah western yang duduk di belakang saya pun sudah turun.
nongkhai
Pukul 10.45, kereta dengan gerbong sangat panjang ini pun sampai di Nongkhai. Selanjutnya saya harus cek passport untuk meninggalkan Thailand. Tidak dipungut biasa sepeserpun, dan hanya harus membeli tiket menyebrang perbatasan ke Thannaleng sebesar 20 bath untuk kereta kelas 3. Karena hanya itu satu-satunya kereta yang tersedia. Kalau tidak salah lihat, ada bendera Indonesia dan Malaysia di perbatasan Thailand dan Laos, juga ada bendera kedua Negara dan bendera ASEAN. Wow.
Stasiun Nongkhai, perbatasan Thailand-Laos
Sesampainya di Thannaleng, saya berpikir harus menuju imigrasi untuk membuat Visa on Arrival. Surprise! Ternyata tidak perlu visa on arrival untuk pemegang paspor Indonesia. Sehingga uang saku saya tidak berkurang. Horeee!!!! Hanya perlu mengisi form imigrasi. Menunggu 3 menit. Dan, WELCOME TO LAOS…
Setelah mendapatkan stempel imigrasi, saya pun mencari mencari mobil carteran untuk mengantarkan saya ke pusat kota. Lewat tengah hari, cuaca di Laos ini begitu panas dan lembab, mirip Sidoarjo mungkin. Baju saya pun penuh dengan keringat. Sesaat menunggu, ada 3 backpacker dari Belanda dan US yang bias saya ajak sharing mobil carteran.
pemandangan Laos di Siang hari.
Hahaha ternyata pemandangan di Laos ini tak jauh berbeda dengan pemandangan di Blitar Selatan, khususnya di sekitar sungai brantas. Memasuki sekitar sungai Mekong. Terdapat banyak cafĂ© dan bar, juga guest house seperti di khaosan road Bangkok. Area backpacker yang berarti easy to get everything. Saya memilih untuk tinggal di dormitory yang berarti harus berbagi ruang dengan lawan jenis. Namun, menurut saya, itu adalah ide yang tepat sehingga saya tidak harus sendirian sepanjang waktu dan bertemu dengan sesama backpacker untuk berbagi cerita. Saya tinggal di  Sabaidy Guesthouse, settathirat road 115, Vientiane. Seharga 100 bath perhari yang terletak di pusat backpacker dan hanya berjarak sekitar 500 m dari sungai Mekong.
Menanti Senja di Tepi Sungai Mekong










Powered By Blogger