Pages

15 December 2011

Isu Lingkungan dan Ekonomi Hijau Menurut Perspektif Sosialis

Perusahaan tambang emas Newmont Minahasa Raya (NMR) adalah perusahaan PMA (Penanam Modal Asing) yakni anak perusahaan Newmont Gold Company, USA. Bermula dari beroperasinya PT. Newmont Minahasa Raya tersebut mulai bermunculan masalah-masalah terutama yang berkaitan terhadap pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan, yakni produksi ikan merosot sebesar 70 persen dan penghasilan nelayan turun sebesar 50 persen pada bulan Juli 1996, hanya empat bulan setelah NMR mulai mengoperasikan pertambangan mereka (Loh, 2006). Yang paling parah adalah timbulnya penyakit-penyakit aneh yang sebelum Newmont beroperasi tidak ditemukan.

Maksimalisasi keuntungan merupakan salah satu prinsip dalam kapitalisme, dalam pijakan teori ini segala cara dapat dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang sebenarnya. Efek dari mencari keuntungan yang sebesar-besarnya adalah terjadinya eksploitasi tenaga kerja, ekploitasi lingkungan, serta konsumen. Dalam bahasan kali ini, penulis akan mencoba mengulas mengenai perspektif Ronaldo Munck dalam artikelnya yang berjudul “Red and Green : Marxism and Nature”.

Bagi Marx, alam adalah sebuah objek yang harus dikuasai , namun bagaimanapun harus ada batas-batas tertentu dalam prosesnya, yang mana batas tersebut bukan berarti batas alami, yang sudah ada dan merupakan bagian dari alam, namun batas tersebut ada atas hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan alamnya (Munck, 2000 : 22). Namun disisi lain Marx, menganggap bahwa pengetahuan telah merevolusi seluruh alam, kemajuan teknologi, kapitalisme dan pengembangan ekonomi negara-negara majulah yang menyebabkan terganggunya metabolisme antara manusia dan bumi, dimana tanah dan alam dieksploitasi dan dikonsumsi manusia dalam berbagai produk seperti makanan dan pakaian sehingga mengganggu keadaan alam yang seharusnya kekal dan abadi.

Perspektif marxisme mengenai konsepsi tentang alam tersebut menimbulkan perdebatan di kalangan akademis, satunya adalah Reiner Grundman, yang pro dengan pendapat marx dan berupaya untuk mempertahankan asumsi marx mengenai teori dominasi alamnya. Pendekatan ekosentris di alam memang terlihat tidak konsisten karena membuka pertanyaan, siapa yang akan mendefinisikan masalah ekologi. Menurut Grundmann, tugas manusia memang untuk menguasai alam. Di lain pihak muncul Ted Benton yang kontra dengan pendapat marx, menurut Benton, ide untu membatasi penguasaan atas alam, proyek untuk mengontrol alam dan proses sosial memang belum terpikirkan karena Marx memang hidup di abad ke-19 dimana memang yang sedang berkembang adalah kemajuan ilmu alam dan kontrol industri atas alam. Menurutnya, marx telah larut dan dibutakan oleh kemajuan ilmiah dan kontrol industri atas alam. Bagi Benton, pandangan Marx mengenai isu lingkungan dan alam masih erat kaitannya dengan konteks politik Marx dan Engels mengenai pembatasan perkembangan manusia secara alami, yang mana dengan adanya kelangkaan sumber daya alam, maka pertumbuhan penduduk dapat dicegah sehingga akan terjadi reformasi sosial dalam tatanan masyarakat. Oleh karenanya Benton percaya bahwa pandangan Marx mengenai alam sangat ambivalen dan sering bertentangan dengan cara hidup manusia (Munck, 2000:23).

Menurut marx, upaya perlindungan lingkungan yang dilakukan sudah pasti akan memperjelas ketimpangan dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin. Marxis menganggap bahwa masyarakat konsumen di belahan bumi bagian utara dan kapitalisme yang menyebabkan terjadinya eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam. Pandangan Marx mengenai dominasi alam ini pun nyatanya sangat bertentangan dengan pandangan para ekologis sosial yang sangat anti kapitalis dan menolak semua bentuk dominasi. Banyak kaum hijau yang merupakan pandukung ekologi sosial memandang bahwa kemerosotan kualitas lingkungan erat kaitannya dengan kebutuhan kapitalisme, sehingga mereka menolak pandangan marxis mengenai kemajuan teknologi dan industri yang menyebabkan terjadinya kerusakan alam, melainkan sistem ekonomi yang tak pernah puas, yakni kapitalisme.

Uni Soviet, dalam sejarahnya merupakan negara pertama yang menyisihkan wilayah dilindungi khusus untuk studi komunitas ekologi, hal ini dikarenakan kesadaran Soviet mengenai perlunya keseimbangan tertentu antara kebutuhan manusia dan alam. Soviet sedikit peduli mengenai dampak lingkungan yang disebabkan oleh percepatan industrialisasi yang mereka kembangkan. Gerakan-gerakan konservasi yang ada rata-rata dibentuk sebagai dorongan untuk melakukan perubahan besar tentang kelestarian alam, dikarenakan beberapa kasus mengkhawatirkan mengenai alam yang sempat terjadi, seperti mengeringnya laut aral sebagai akibat pengalihan anak sungainya. Air yang mengering menyebabkan pelepasan garam berbahaya ke atmosfir di wilayah aral yang kemudian menciptakan masalah kesehatan serius pada masyarakat yang mirip dengan efek radiasi nuklir (Munck, 2000:26-27). Namun pada dasarnya, kaum sosialis tidak begitu terlibat dalam ekologi dikarenakan negara-negara sosialis juga mulai mengedepankan pertumbuhan ekonominya saat ini. Pengerukan sumber daya alam yang dilakukan oleh kaum sosialis biasanya cenderung tak terencana dan bertujuan demi pemanfaatan bukan demi keuntungan semata seperti kapitalis, dan pertumbuhan juga dipandang sebagai sarana, bukan merupakan tujuan akhir. Sehingga ekonomi sosialis dapat dikatakan menggunakan dan membuang sumber daya dalam jumlah yang lebih kecil ketimbang ekonoi kapitalis.

Selama ini, isu lingkungan memperdebatkan adanya konsep pembebasan mengenai ‘good life’ untuk lebih concern pada kelestarian alam. Fase pertama dalam perdebatan fokus pada kelangkaan sumber daya alam dalam hubungannya dengan pertumbuhan populasi. Fase berikutnya mulai beralih pada isu-isu seperti polusi udara dan kualitas air. Agenda lingkungan hidup sebagian besar dirancang dan ditetapkan oleh orang-orang dan lembaga-lembaga dalam masyarakat industri maju dengan negara-negara selatan atau negara-negara dunia ketiga yang masih didominasi oleh agenda pembangunan. Namun terdapat ketimpangan luar biasa yang jelas terlihat diantara keduanya. Seperempat dari penduduk dunia hidup di utara, dalam masyarakat industri yang lebih maju, mengkonsumsi 80 persen energi yang diproduksi dunia, namun 20 persen lainnya hidup di utara dengan hanya mengkonsumsi 20 persen energi yang diproduksi dunia. (Munck, 2000:35) Selain itu, kemajuan teknologi dan industrialisasi dinilai telah menyebabkan rusaknya lingkungan sehingga kemudian isu mengenai ekologi menjadi sebuah isu global pada 1980an.

Ancaman dari adanya pemanasan global dan efek rumah kaca yang mnyebabkan kerusakan pada biosfer dan lapisan ozone merupakan salah satu akibat dari aktifitas ekonomi manusia. selama negara-negara maju masih mendahukuan kepentingannya pada pertumbuhan ekonomi maka negara-negara berkembang tidak akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam agenda lingkungan yang telah dirancang. Selama era global masih didonimasi oleh kapitalime, maka kelestarian lingkungan masih sangat terancam karena efek kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia, diperlukan sebuah peraturan bagi seluruh negara dan masyarakat dunia yang mencakup poin-poin mengenai perlindungan alam demi kelangsungan hidup manusia. Selama sumber daya alam masih dieksploitasi secara besar-besaran tanpa diperhitungkan demi keuntungan ekonomi semata dalam era global seperti saat ini, maka lingkungan dapat dipastikan akan berada pada batas akhir kehidupan suatu saat nanti.

Opini dan Simpulan

Ulasan Munck mengenai marxis ini lebih mencerminkan ulasan terhadap Uni Soviet dan bukan pada Marxisme keseluruhan. Memang banyak perdebatan di dalam ideologi Marxisme tentang dampak lingkungan yang dihadapi, namun itu semua tidak terlepas dari konteks waktu yang terjadi. Isu ingkungan menjadi popular dibicarkan setelah isu keamanan selama perang dingin berakhir. Di satu sisi globalisasi membuat kerusakan lingkungan semakin menjadi. Degradasi lingkungan ini diakibatkan oleh tindakan eksploitatif negara-negara yang ingin maju dalam pembangunan. Oleh sebab itu, pihak yang paling bertanggung jawab dalam masalah degradasi lingkungan ini adalah lembaga-lembaga perancang pembangunan yang mengkampanyekan pembangunan. Pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan justru akan semakin memperparah kerusakan lingkungan karena dipastikan pembangungan berkelanjutan tersebut masih akan menguntungkan para kapitalis negara maju karena dominasi peran yang mereka lakukan. Selama itu pula negara-negara dunia ketiga akan menjadi korban, perkembangan ekonomi di masa datang justru akan membawa dampak yang lebih serius bagi lingkungan.

Referensi:

Loh, Lembar Info Jatam. Nowmont Memperluas Kerusakannya ke Hutan lindung Dodo. http://www.jatam.org/content diakses 20 Maret 2011

Munck, Ronaldo. 2000. Red and Green : Marxism and Nature. dalam Marx @2000 Late Marxis Perspective. London : Zed book pp. 21-39

0 comments:

Post a Comment

Kasih comment plis....

Powered By Blogger