Pages

15 December 2011

The Art of War dan Studi Strategi Klasik

Dalam mempelajari studi strategi, tidak dapat dipisahkan dari strategi perang China. Diantara banyaknya strategi perang ini, strategi Sun Tzu sangat popular dengan The Art of War. Hal yang menarik ketika mempelajari strategi Sun Tzu ini adalah kekentalan aroma kebudayaan, kehidupan berbangsa, kebijaksanaan dan kecerdikan yang menjadi satu. The Art of War ditulis selama peperangan terjadi di daratan China pada 400-221 Sebelum Masehi. Pada masa ini ditandai dengan munculnya masyarakat feodal dan munculnya lima kekuatan besar negara di dataran China.

The Art of War lebih berisi art daripada science, dan dikategorikan sebagai strategi klasik. Hal itu wajar karena pada 2000 tahun lalu Sun Tzu belum mengenal adanya science sehingga strategi Sun Tzu ini dianggap dalam tataran wisdom. Wisdom adalah sebuah petuah yang dipercaya kebenarannya karena disiarkan oleh orang yang memiliki pengaruh secara politis, ekonomis, atau militer. Sun Tzu memiliki pengaruh itu karena ia seorang panglima perang pada masanya. Kitab militer Sun Tzu mulai dikenal barat sebelum masa revolusi perancis ketika seorng pendeta perancis berhasil menerjemahkan kitab itu.

Terdapat lima faktor dasar dalam berperang, yaitu politik, hal yang dapat menyebabkan masyarakat menerima aturan-aturan yang ada; cuaca dan musim, malam atau siang, panas atau dingin, cerah atau hujan merupakan faktor yang menentukan; selanjutnya adalah pertimbangan jarak dan lokasi, apakah mudah ditempuh atau tidak; selanjutnya adalah faktor pemimpin, bagaimana dia memimpin pasukannya baik dari segi fisik mau psikis; yang terakhir adalah doktrin dari pemimpin atau instruksi tentang bagaimana jalannya perang, alur kekuatan, dan penyebaran senjata.

Menutur Sun Tzu, seluruh peperangan berdasar pada tipu daya. Ketika kita mampu untuk menyerang, berpura-puralah tidak mampu. Menyerang ketika kita merasa mampu, dan mundur ketika kekuatan kita tidak mampu bertahan. Berpura-pura untuk tujuan mengecoh informasi yang dimiliki lawan, melemahkan kekuatan lawan sebelum menyerang, dan menyerang di saat tak terduga, merupakan kunci kemenangan seorang strategis. Sebuah kemenangan yang cepat adalah tujuan utama didalam berperang karena semakin lama waktu berperang, akan menjadikan kesempatan musuh untuk mengalahkan kita semakin banyak. Sun Tzu sangat detail pada biaya perang yang digunakan jika terjadi perang dalam tataran fisik. Perang dalam tataran fisik tersebut selain membutuhkan waktu yang lama juga membutuhkan biaya dan jiwa yang besar. Oleh karena itu, Sun Tzu berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan perang tanpa adanya perang dengan strateginya, sehingga kemenangan yang terbaik adalah speedy victory. Hal yang dinilai dalam peperangan adalah kemenangan, bukan segi operasionalnya. Apa yang membuat lawan kita kuat, itu yang harus kita lemahkan atau hancurkan Misalnya dalam kasus bisnis, apabila perusahaan itu sukses karena tim kreatifnya, maka kita ambil tim kreatif tersebut dengan bayaran yang lebih mahal.

Sun Tzu berpendapat bahwa strategi yang terbaik adalah strategi yang mampu memenangkan sebuah perang dengan tanpa perang. Menang tanpa perang yang juga merupakan wisdom memiliki model seni yang unik. Sun Tzu menegaskan tentang arti penting dari know your enemy first than know yourself after. Jika kita mengetahui seluk beluk dari musuh kita maka dengan segala daya yang kita miliki akan dapat mengalahkannya dengan cepat dan tanpa perang. Artinya bahwa perang dalam tataran diplomasi adalah yang terpenting, karena dari hal itulah perang dapat diselesaikan dengan cepat melalui berbagai mekanisme negosiasi yang ada.

Kontribusi strategi Sun Tzu terhadap masalah sehari-hari bisa sangat berguna. Ada salah satu bab mengenai kekuatan strategi dari Sun Tzu yang sangat bagus, yakni "Jika jumlah anda lebih banyak berbanding sepuluh lawan satu, maka kepunglah musuhmu: Jika perbandingan itu lima lawan satu, serang mereka. Bila perbandingan dua lawan satu, hendaknya anda memecah-belah mereka. Bila anda seimbang, anda dapat memilih untuk bertempur. Jika sedikit lebih lemah dari musuh, anda harus mampu menarik diri. Jika sangat lemah, hindari pertempuran. Sebab bagaimanapun tegarnya, pasukan kecil akan menyerah pada kekuatan yang lebih besar dan unggul". Walaupun sekilas strategi ini nampaknya lebih cocok untuk strategi militer namun untuk bisnis strategi ini tidak kalah cocoknya. Dengan kata lain apapun yang ada hubungannya dengan persaingan, strategi kekuatan ini masih relevan untuk dijadikan pedoman.

0 comments:

Post a Comment

Kasih comment plis....

Powered By Blogger